Setiap siswa yang sedang bersekolah mempunyai potensi mengalami permasalahan dalam belajar, masalah yang mereka alami bervariasi ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari guru dan ada pula yang berat sehingga siswa ini harus mendapatkan perhatian terutama dari guru yang bersangkutan. Siswa berkebutuhan khusus tidak selalu mengalami masalah dalam belajar, kadangkala mereka dapat belajar seperti siswa-siswa lain pada umumnya, hanya saja mereka membutuhkan perhatian yang lebih khusus dari guru dan mereka butuh pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi mereka agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan guru, orangtua dan sekolahKelainan pada siswa-siswa berkebutuhan khusus ini memiliki tingkatan dari yang paling ringan sampai
yang paling berat, dari yang mengalami kelainan tunggal, ganda, hingga yang kompleks dan biasanya berhubungan dengan emosi, fisik, psikis dan sosial. Mereka tersebar baik di daerah perkotaan, pedesaan bahkan di daerah-daerah terpencil. Tidak memandang suku, etnis maupun bangsa.
Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa siswa berkebutuhan khusus mesti dikasihani dan dianggap sosok yang tidak berdaya sehingga perlu dibantu. Pandangan seperti ini tentu saja sangat tidak benar dan dapat merugikan siswa-siswa berkebutuhan khusus. Setiap siswa mempunyai kekurangan, namun pasti disamping itu mempunyai kelebihan. Oleh karena itu kita selayaknya melihat siswa-siswa berkebutuhan khusus ini baik dari segi kemampuan mereka maupun ketidakmampuannya. Dengan begitu kita dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri mereka secara optimal
Detail:
Penulis: Putri Nurina
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2015
Halaman: xiv + 138 hlm
ISBN: 978-602-7775-29-9
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Hubungan perbedaan qira’at Alquran dengan makna ayat, dibagi menjadi dua, yaitu: perbedaan qira’at Alquran yang berpengaruh pada perubahan lafal tapi tidak pada makna ayat dan perbedaan qira’at Alquran yang berpengaruh pada perubahan lafal dan makna ayat sekaligus.
Adanya perbedaan qira’at atau bacaan dalam Alquran disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: perbedaan bacaan tersebut sudah ada sejak awal mula turunnya Alquran, adanya perbedaan bacaan dari nabi, dan faktor terakhir adalah disebabkan adanya lahjah atau dialek yang beraneka ragam di kalangan maasyarakat Islam ketika Alquran diturunkan.
Perbedaan makna ayat yang dihasilkan oleh berbagai perbedaan qira’at mutawatir yang diyakini sebagai wahyu Allah Swt., berperan sangat penting untuk menjelaskan dan memperluas makna sesama ayat Alquran. Dilihat dari corak penafsiran Alquran, maka penulis lebih berpendapat bahwa penafsiran ayat Alquran dengan qira’at yang berbeda merupakan bagian dari tafsir bi alMa’thur, yaitu penafsiran ayat Alquran dengan ayat lainnya.
Detail:
Penulis: Masna Hikmawati
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2017
Halaman: xiv+ 256 hlm
ISBN: 978-602-7775-94-7
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Institusi pendidikan tidak bisa lepas dari kondisi politik suatu negara. Oleh karena itu, peserta didik harus menyadari situasi demikian. Ketika mereka telah menyadari bahwa, betapa banyak hal yang mempengaruhi kualitas hidup mereka termasuk politik, diharapkan mampu menghadapinya setelah mereka lulus dari bangku akademis. Salah satu cara untuk membekali peserta didik untuk mampu menghadapi segala realita kehidupan sosial adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Tidak hanya mampu berpikir dengan baik, tetapi juga memiliki kesadaran untuk merubah kondisi yang tidak menguntungkan bagi hidupnya, dengan mengutip pemikiran Paulo Freire biasa disebut sebagai suatu kesadaran kritis.
Untuk memulai budaya kesadaran kritis berciri khas kultur nusantara pada masyarakat tentu bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang paling krusial untuk memulai budaya ini, dari level terendah (sekolah dasar) sampai perguruan tinggi. Diluar lingkungan pendidikan, keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam membentuk suatu tatanan masyarakat, yang memiliki budaya berpikir dengankritis diperlukan dukungan dari segala pihak. Pesantren Pertanian Darul Fallah Bogor merupakan salah satu contoh dari lembaga pendidikan Islam, yang telah mengintegrasikan sistem pendidikan Pesantren dan umum dengan menambahkan berbagai keterampilan vocational. Dengan proses pembelajaran yang aktif, partisipatif dan humanis, sehingga lulusannya tidak hanya tafaqquh fid-din, melainkan juga terampil dan produktif.
Details
Penulis: Sarwenda
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2014
Halaman: xiv + 127 hlm
ISBN 978-602-7775-28-2
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Adanya suatu pencemaran pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan pada proses produksi. Salah satu bahan pencemar (polutan) perairan yang berbahaya adalah logam merkuri. Bahan pencemar merkuri bersifat toksin kuat terhadap biota air seperti ikan. Pada penelitian ini dilakukan uji coba kontaminasi logam merkuri terhadap lima jenis ikan yaitu ikan mas, lele, gabus, patin dan nila. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mempelajari pengaruh besarnya penyerapan polutan Hg pada organ insang, hati, ginjal dan otot, pada berbagai waktu paparan setiap hari sampai hari ke sepuluh; (2) mengetahui kerusakan histopatologis pada organ insang, hati dan ginjal ikan gabus, patin, nila, mas dan lele dengan konsentrasi berkisar antara 0,312 sampai 1,247 mg/L.
Berdasarkan dari hasil pengamatan, polutan merkuri sangat berpengaruh sekali yakni pada organ insang terjadi penumpukan atau penggumpalan lendir karena enzim yang terdapat pada insang yang disebut dengan karbonik enhidrase tidak bisa berfungsi dengan baik karena unsur Zn yang terdapat dalam enzim tersebut sudah diganti kedudukannya dengan unsur Hg. Akibatnya akan mengganggu sistem pernapasan pada ikan dan juga pada insang terjadi degredasi lamela yaitu suatu proses peradangan pada insang. Penyerapan merkuri pada organ insang tertinggi terjadi pada ikan patin sebesar 0,0549 mg Hg/g insang, sedangkan yang paling rendah terjadi pada ikan nila, sebesar 0,0054 mg Hg/gr insang. Pada organ ginjal ikan terjadi pendarahan, nekrosis, stroma edematik dan hyperplasia. Penyerapan merkuri pada organ ginjal tertinggi terjadi pada ikan patin sebesar 0,0541 mg Hg/g ginjal, sedangkan yang paling rendah terjadi pada ikan nila, sebesar 0,0015 mg Hg/gr ginjal. Kerusakan pada ginjal terjadi pada ikan nila dan patin masing-masing sebesar 80%, sedangkan pada ikan lele dan gabus masing-masing mencapai 100%, Penyerapan merkuri pada organ hati tertinggi terjadi pada ikan mas sebesar 0,0596 mg Hg/g hati, sedangkan yang paling rendah terjadi pada ikan nila, sebesar 0,0134 mg Hg/gr hati.
Pada organ hati terjadi struktur selnya hancur dan sel-selnya mengalami perubahan masing-masing sebesar 80% pada hati ikan gabus dan nila, sedangkan pada ikan mas terjadi inti piknotik, stroma edematik dan nekrosis, pada hati ikan lele terjadi degenerasi lemak, nekrosisi, lisis dan hipertrofi dan pada hati ikan patin terjadi stroma edematik dan nekrosis masing-masing mencapai kerusakan sebesar 100%.
Details
Penulis: Lilis Suryani
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2013
Halaman: vi + 17 hlm
ISBN 978-602-7775-25-1
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Posisi guru sebagai faktor penentu mutu pendidikan merupakan konsekuensi guru sebagai pendidik dan pengajar. Ini menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah, guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam dimensi nalar peserta didik, membimbing dan membina peserta didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Artinya, jika guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar secara baik sebagaimana yang diharapkan, maka akan berpengaruh pada kinerja guru dan peningkatan prestasi atau hasil belajar siswa. Namun kenyataan yang terjadi, kinerja guru saat ini masih banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak, sehingga sebagian masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan meragukan kinerja guru. Keraguan masyarakat terhadap kinerja guru harus dijawab oleh guru dengan upaya meningkatkan kinerja guru dari berbagai aspek, dan salah satunya adalah kompetensi guru sesuai bidangnya. Guru selalu disalahkan dan dijadikan alasan utama penyebab merosotnya mutu pendidikan oleh masyarakat. Untuk itu guru dituntut lebih meningkatkan kemampuan dan melakukan tugas pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Kinerja guru dapat ditingkatkan apabila guru sendiri dapat memahami tujuan apa yang ingin dicapai dan kapan bisa menetapkan cara pencapaian tujuan tersebut sehingga dapat diakui hasil kerjanya.
Detail
Penulis: Mardia Hi. Rahman
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Oktober 2013
Halaman: xii + 236 hlm.
ISBN: 978-602-7775-24-4
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Segala macam ujian (baik dan buruk) mesti disikapi oleh manusia secara proporsional. Dalam hal ini, al-Qur’ân memberi dua konsep sikap yang tepat yaitu bersyukur atas ujian kenikmatan, dan bersabar secara aktif atas semua ujian kesusahan. Sementera itu, ujian yang menimpa individu dapat diatasi secara individu pula, sedangkan ujian yang bersifat kolektif (menimpa kelompok) hanya dapat diatasi oleh seluruh elemen kelompok tersebut secara bersama dalam suatu proyek `amal jama`i (solidaritas kolektif) yang saling membantu dan melengkapi.
Dengan mampu menyikapi al-Balâ secara proporsional, manusia dapat mencapai dua titik hikmah ujian yang menimpanya yaitu, pertama: menjaga keseimbangan dan kesinambungan kehidupan, Kedua: meningkatkan kualitas kehidupan di dunia dengan cara berusaha mengatasi ujian sesuai dengan sikap yang proporsional.
Detail
Penulis: Abdul Rasyid Sabirin
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Juni 2013
Halaman: xii + 136 hlm.
ISBN: 978-602-7775-22-0
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Fenomena tentang penilaian ranah afektif dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam sering diabaikan. Guru lebih banyak melakukan penilaian kognitif, ketimbang penilaian ranah afektif dan psikomotorik. Jika ada penilaian afektif hanya bersifat insidentil, sekedar melengkapi penilaian raport yang tidak dilakukan dengan sistimatis.
Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran keagamaam telah dinilai oleh guru dalam ranah kognitif, kurang menggunakan pada ranah afektif. Mata pelajaran pendidikan agama Islam seharusnya lebih dipentingkan penilaian ranah afektif, karena materinya lebih banyak mengarah kepada perubahan sikap dan karakteristik afektif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam, terutama minimnya alokasi waktu pembelajaran untuk pelajaran agama di sekolah, maka untuk mengatasi hal tersebut dewasa ini telah menjamur lembaga-lembaga pendidikan dengan sistem penilaian ranah kognitif sebagai trade mark (merek dagangnya), namun upaya ini masih belum optimal, karena kenyataannya guru masih banyak yang melakukan penilaian dengan penilaian ranah kognitif. Begitu juga para guru agama Islam dalam upaya untuk mengatasi hal ini pada suatu kegiatan penataran dan lokakarya bagi guru-guru agama SD dan sekolah lanjutan di Universitas Pendidikan Indonesia, mereka dapat mengusulkan supaya penambahan jam pelajaran agama pada kurikulum nasional dan adanya penambahan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler keagamaan yang bersifat formal.
Detail
Penulis: Burhanuddin
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Mei 2013
Halaman: x + 160 hlm
ISBN: 978-602-7775-21-3
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Ekonomi Islam bukanlah kapitalisme, sosialisme ataupun sintesis keduanya (welfare economics, the third way), apa pun variannya. Sebab, perspektif yang mendasari pemikiran ekonomi Islam bukanlah homo economicus namun homo religius. Dalam artian, Ekonomi Islam menurut pendukungnya bukanlah sub ekonomi, namun ekonomi yang justru merupakan bagian dari Islam sebagai the comprehensive way of life. Persoalan produksi, konsumsi dan distribusi (investasi menurut AJ. Brown), sejatinya merupakan persoalan istikhlaf (amanah kekhalifahan) dalam mewujudkan maslahah sosial (strukturalisme ekonomi) serta maslahah kealaman (green economics).
Sayangnya, perkembangan praksis Ekonomi Islam mengalami disorientasi. Hal ini ditunjukkan oleh pengagulan parameter perkembangan asset, besaran gain (profit) yang dicetak, dan dominasi produk murabahah atas mudarabah. Padahal renaissance Ekonomi Islam didasari oleh keprihatinan terhadap disparitas ekonomi, unemployment, moralitas (konsumerisme dan luxury) dan isu-isu lain yang berhubungan dengan maslahah sosial kealaman. Dalam saat yang bersamaan Ekonomi Islam juga menunjukkan keterjebakan pada obsesi relevansi ekonomi Islam dalam kemodernan sehingga ambigu antara modernisasi Islam dan Islamisasi modernitas. Hal ini terlihat dari gejala labelisasi dan arabisasi produk-produk IBF (Islamic Banks and Finance), seperti murabahah (?) untuk kredit konsumtif, al-musharakah al-mutanaqisah (al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik), Islamic Bonds dan takaful. Dengan kata lain, performa Ekonomi Islam mengalami euphoria dimensi teknis Fiqh bab mu‘amalat maliyah sehingga persoalan teologis (‘ilm kalam) yang berbicara tentang evilness dan goodness suatu ikhtiyar ekonomi serta spiritualitas (realitas ghaib) di balik realitas material terabaikan.
Detail
Penulis: Dwi Surya Atmaja
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Mei 2013
Halaman: x + 208 hlm
ISBN: 978-602-7775-20-6
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Dinamika yang terjadi di kalangan anak muda NU, sesungguhnya sangat dinamis-progresif. Mereka melakukan pembacaan yang kritis terhadap berbagai permasalahan yang melanda bangsa Indonesia, khususnya umat Islam dan itu bermuara pada pemahaman yang tekstual terhadap teks-teks al-Quran. Dengan latar belakang pendidikan pesantren dan persentuhannya dengan pendidikan Barat-modern, terjadi transformasi pemikiran di kalangan anak muda NU dalam merespon problem-problem kemanusiaan kontemporer dengan wacana dan pola gerakan melalui Islam (penafsiran) yang progresif, yaitu dengan membebaskan masyarakat Islam Indonesia dari keterkungkungan doktrin yang bersifat teologis (teosentris).
Keberadaan anak muda NU progresif menunjukkan, bahwa telah terjadi perubahan metodologi berpikir dari nalar tradisional-doktrinal-monolitik kepada nalar modern-kritis-pluralistik. Hal ini dipengaruhi oleh konstruksi dan metodologi berpikir yang berkembang di Barat dan intelektual Muslim rasional-kritis-pluralistik saat ini. Implikasi dari konstruksi nalar tersebut melahirkan pemahaman Islam yang toleran, damai dan penghargaannya terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Detail
Penulis: Adnan Mahmud
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Juni 2013
Halaman: viii + 304 hlm.
ISBN: 978-602-7775-19-0
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Buku ini membahas tentang: “Aktivitas Keagamaan Sebagai Solusi Terhadap Kenakalan Remaja Di Sekolah”. Penulis termotivasi membahas masalah ini dari maraknya kenakalan remaja, aksi tawuran, membolos, memalak dan sejumlah perilaku amoral lain yang dilakukan para pelajar dewasa ini. Fenomena ini semakin memperkuat asumsi bahwa telah terjadi degradasi moral di kalangan para remaja.
Penelitian ini ingin membuktikan bahwa kenakalan remaja di sekolah, dapat ditangani dengan pendekatan pendidikan keagamaan melalui aktivitas shalat dan dzikir, sehingga remaja mampu mengatasi masalahnya dan merubah perilakunya. Buku ini melengkapi peran Guru BK (bimbingan dan konseling) di sekolah dalam menangani beberapa kasus kenakalan remaja, yang selama ini hanya dengan pendekatan keilmuan psikologi dan melupakan nilai-nilai keagamaan dan spiritual pada siswa.
Penyebab degradasi moral dan rendahnya perilaku dikalangan remaja di sekolah antara lain kurangnya jam mata pelajaran pendidikan agama di sekolah, rendahnya kontrol sekolah kepada siswa, kurangnya pembinaan agama dalam keluarga, ditambah lagi oleh kurang kondusifnya lingkungan pergaulan.
Detail
Penulis: Munamah
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: April 2013
Halaman: xii + 206 hlm.
ISBN: 978-602-7775-16-9
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Dunia pembelajaran dewasa ini banyak mengalami kemajuan luar biasa, pembelajaran pun tidak lagi bersifat tekstual. Segala hal ditentukan oleh pendidik disesuaikan untuk kepentingan pendidik. Model mengajar anak didik dengan pandangan sempit dan berpatokan pada teks akan menyebabkan suasana belajar akan membosankan dan keadaan pembelajaran menjadi mandul. Maka dengan kondisi seperti ini pembelajaran pun akan mengalami kemandekan dan mereka tidak mampu menjadi pribadi-pribadi yang otonom. Apabila mengharapkan sebuah perkembangan dan kemajuan berpikir anakanak didik, itupun sangat susah dipraktikkan.
Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-holistik, yaitu yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan.1 Pembelajaran adalah proses penambahan informasi kemampuan baru. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu, sedangkan belajar menurut Gagne mendefinisikan sebagai sebuah perubahan dalam karakteristik kemampuan manusia yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu.
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) yang sekarang ini mulai dikembangkan adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupann mereka sehari-hari. Pembelajaran pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Tujuan penjara adalah melindungi masyarakat, mencegah dampak buruk individu terhadap kemanusiaan, dan menyediakan kesempatan bagi narapidana untuk merehabilitasi dirinya sebagaimana dijelaskan Kerri Russo Mercer (2009).Tujuan tersebut diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan keinginan narapidana melakukan perbuatan yang melanggar hukum.Sehingga dirinya dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat setelah dibebaskan, karena masyarakat tidak lagi menganggapnya sebagai orang jahat seperti penjelasan Arthur Josias Simon Ruturambi (2009).
Menurut Philip Whitehead (2012) Salah satu bentuk program pendidikan yang dapat mengurangi tingkat residivisme adalah pendidikan agama .Agama merupakan kekuatan utama dalam menentukan penanganan para pelanggar hukum yang terlihat dari sejarah panjang hubungan antara agama, keberadaan dan perkembangan penjara, serta berbagai bentuk upaya penegakkan hukum atas pelaku tindak kriminal.
Menurut kontek keislaman dan keindonesiaan program pembinaan melalui pendidikan agama yang memiliki durasai panjang dan dapat dilaksanakan secara intensif dalam lingkungan penjara adalah program pesantren yang dijelaskan Igrak Sulhin dan Yogo Hendiarto (2011).
Detail Buku
Penulis: Jaroh
Ukuran Buku: 24 x 17 cm
tipe: SOft Copy
Paper: HVS
Halaman: xii + 170 hlm
ISBN: 978-602-7775-18-3
Catatan:
silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku
semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis
Pemahan al-Qur’an sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis bukan hal yang baru, sejak turunnya al-Qur’an ke bumi ini, penyembuhan dengan al-Qur’an sudah berlangsung. Salah satu bukti tentang tentang pemahaman al-Qur’an dapat dijadikan sebagai penyembuh penyakit fisik dan psikis, telah dicontohkan oleh Rasulallah saw tatkala ada seseorang yang kena sengatan bisa kalajengkin dengan cara dibacakan surat al-Fatihah sebanyak tujuh kali.
Pemahaman penyembuhan dengan al-Qur’an fisik dan psikis tidak hanya didapatkan dari kata shifa> yang ada di dalam al-Qur’an, tetapi didapatkan dari isyarat-isyarat ayat yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan kata shifa>. Di antara ayat yang mengisyaratkan penyembuhan dengan al-Qur’an, diketemukannya ayat yang menjelaskan bahwa; diciptakan pendengaran lebih dahulu dibandingkan dengan mata dan hati. Diketemukannya ayat tentang diciptakannya telinga lebih dahulu, tenyata belakangan diketemukan bahwa organ tubuh manusia dipengaruhi oleh otak, dan otak dipengaruhi oleh suara yang masuk lewat telinga.
Hal yang paling mengagumkan, tenyata suara al-Qur’an lebih tinggi frekuensinya dibandingkan dengan suara yang lainnya. Ini artinya tatkala suara al-Qur’an masuk kedalam telinga akan lebih cepat mempengaruhi organ tubuh manusia.
Buku ini berusaha mengungkap isyarat-isyarat ayat yang menunjukan penyembuhan dengan al-Qur’an. tidak hanya itu buku ini juga berusaha membangun argumen tentang penyembuhan yang didasarkan pada isyarat ayat.
Buku ini tidak hanya berbicara di tataran teoritis, tetapi berbicara juga pada tataran praktis. Dengan demikian buku ini sangat cocok dimiliki oleh masyaratkat pada umumnya.
Berbagai ragam pendapat para
Mufassir terhadap penafsiran ayat-ayat pernikahan beda agama terhadap teks-teks
QS. al-Baqarah/2:221,QS.al-Maidah/5:5,QS.al-Mumtahanah/60:10, antara yang menolak
maupun yang menerima. Perbedaan pendapat kalangan Mufassir sahabat, zaman
klasik (salaf), zaman modern-kontemporer, berkenaan term al-mushrika>t,
maupun term ahl al-Kita>b (Yahudi-Nasrani), Maju>si dan S}a>bi'in,
menjadi titik perdebatan.
Penafsiran tekstual diunggulkan eksistensinya menurut Para Mufassir,
karena dapat memberikan nilai tersendiri. Pendapat yang menolak secara mutlak
pernikahan beda agama, dipelopori Abdullah Bin Umar
r.a (w.73 H/692 M), yang berpandangan, bahwa, term al-mushrika>t
(QS.Al-Baqarah/2:221), adalah umum, mencakup semua jenis kemusyrikan, penyembah
berhala (wathaniyah), termasuk ahl al-Kita>b (Yahudi dan
Nasrani), Maju>si dan Sa>bi’ah. Alasan Ibn Umar r.a itu,
bahwa ayat QS. al-Baqarah/2:221, bukanlahna>sikhah, bukan
mansu>khah, dan bukan pula makhus}u>s}ah
(pengkhususan),
melainkan muhkamah, maka statusnyaadalah umum. Makki bin Abi T>}a>lib al-Qaysi
(w.437H) membenarkan pendapat itu dalam kitabnya, al-I>>da>h Lina>sikhi
al-Qur’an WaMansu>khih}i, dan dalam kitab, Nawa>sikh
al-Qur’a>n Li Al-Ala>mah IbnJauzi. Menurutnya, bahwa ayat al-Baqarah itu, bukan na>sikhah,
bukan mansu>khah, dan bukan pula makhs}u>s}ah (pengkhususan),
melainkan muhkamah, statusnya umum. Maka
makna (al-mushrikat) itu, dipahami adalah wanita penyembah berhala (wathaniyah),
dan semua jenis kemusyrikan, termasuk ahl al-Kita>b, Maju>si,
Sa>bi’in dan sebagainya.
Diperkuat
pendapat itu oleh Abu Ja’far al-Nuha>sdalam kitabnya, Kitab al-Na>sikh
Wa al-Mansu>kh dan riwayat Imam al-Bukhari dalam shahih-nya, hadith,
ke-5285, menyatakan,
bahwa
Abdullah bin Umar r.a, ketika ditanyaprihal menikahi wanita
Yahudi dan Nasrani, Abdullah bin Umar r.ahanya berkata
:
Allah S.W.T telah melarang menikahi
wanita musyrik dengan orang-orang Islam, lalu Ibn Umar r.a berkata : ”Tidak ada kemusyrikan
yang lebih besar dari perkataan seseorang, bahwa Tuhanya adalah Isa
atau salah seorang dari hamba Allah“. Detail: Penulis: Hasbullah Diman Bahasa: Indonesia Bulan Terbit: Maret 2013 Halaman: x + 340 hlm
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di SMP Negeri 1 Subang
Kepemimpinan efektif akan selalu berkonsentrasi untuk menggerakkan faktor-faktor potensial bagi ketercapaian tujuan tertentu dengan beberapa ciri perilaku yang ditunjukkannnya, sebagaimana penjelasan Gary A. Yukl (2005) bahwa esensi kepemimpinan yang efektif mempunyai 10 fungsi penting bagi organisasinya.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah efektif mampu menunjukkan kemampuan yang dimilikinya dalam mengembangkan potensi-potensi sekolah, guru, dan siswa untuk mencapai prestasi maksimal dengan terfokus kepada pengembangan instruksional, organisasional, staf, layanan murid, serta hubungan dan komunikasi dengan masyarakat.