Kitab al-Bahr al-Madid fi Tafsir al-Qur'an al-Majid
Dalam diskursus tafsir al-Qur’an dikenal berbagai macam corak penafsiran, salah satunya adalah tafsir dengan corak sufistik. Corak ini mempunyai karakteristik khusus, hal ini tidak terlepas dari epistemologi yang dipakai oleh kaum sufi sendiri, yakni epistemologi irfani. Tafsir sufi berangkat dari asumsi bahwa al-Qur’an memiliki makna zahir dan batin. Menurut kalangan sufi, menafsirkan al-Qur’an berdasarkan analisis kebahasaan saja tidak cukup, dan hal itu dipandang baru memasuki tataran makna (eksoteris) saja, yang oleh para sufi dinilai sebagai tataran badan al-aqidah (tubuh akidah).
Sementara model tafsir sufi menempati posisi ruhnya (esoteris). Untuk memperoleh pengetahuan tentang makna batin al-Qur’an seorang sufi terlebih dahulu harus melakukan latihan rohani (riyadah al-Ruhiyah) agar dapat menyingkap isyarat suci sebagai limpahan gaib, atau pengetahuan subhani yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Akan tetapi keberadaan tafsir sufi ditengah-tengah ‘’menjamurnya’’ tafsir eksoterik, yang lebih mengedepankan makna zahir teks tidak lantas diterima begitu saja oleh para pengkaji al-Qur’an. Kehadiran tafsir sufistik justru menjadi pro-kontra dialekstis, baik dari kalangan orientalis (outsider) maupun Islam (insider). Perdebatan seputar tafsir sufi terdiri dari dua hal; (1) dari mana makna-makna tersebut diperoleh oleh mufassir, (2) apa motif penafsiran seorang sufi menuliskan tafsirnya. Kedua hal ini masuk dalam kajian epistemologi sufi. Bagi kalangan yang pro terhadap tafsir ini meyakini bahwa penafsiran seorang sufi merupakan suatu limpahan ilahiah atau bersumber langsung dari Allah, melalui rangkaian riyadah al-nafs atau suluk (jalan menuju Allah). Sedangkan motif dan tujuan dari penafsiran tersebut untuk menjelaskan makna yang belum tersingkap dari redaksi tekstual ayat.
Detail:
Penulis: Moh.Azwar Hairul
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2017
Halaman: xii + 198 hlm
ISBN: 978-602-7775-73-2
Catatan:
kalau ngomongin tafsir emang gak bias sembarangan, nasab dan jalur keilmuan seta status si mufassir harus jelas yak!
ReplyDelete