Resepsi hermeneutik Al-Qur’an merupakan upaya pengembangan metodologi dari riset living Qur’an untuk penelitian lapangan yang terkait dengan interaksi masyarakat dengan Al-Qur’an baik individual maupun kolektif. Bermula dari pembacaan atas ide Amin al-Khuliy tentang dirasah fi al-qur’an (studi tentang Al-Qur’an) dan dirasah ma haula al-Qur’an (studi tentang sesuatu di sekitar Al-Qur’an), dikembangkanlah dari ide yang kedua tersebut untuk studi living Qur’an yang hingga kini masih terus mencari dan mengembangkan konstruk metodologisnya. Kemudian dengan membaca teori resepsi yang dikembangkan oleh Jauss dalam kritik studi sastra pada tahun 1970-an, membuat penulis ingin mengadopsi dan mengembangkannya dalam studi living Qur’an yang penulis klasifikan pada tiga perspektif konsep yaitu resepsi sosio-kultural Al-Qur’an, resepsi estetik-psikologis Al-Qur’an dan resepsi hermeneutik Al-Qur’an
Teori resepsi hermeneutik Al-Qur’an dan teori-teori resepsi dalam studi Al-Qur’an lainnya merupakan jawaban alternatif atas berbagai metode dan teori studi Al-Qur’an yang selama ini terkesan menjadikan teks ‘melulu’ sebagai objek kajian dan sangat jarang didapatkan yang mengorientasikan kajian pada realitas lapangan, studi Al-Qur’an tidak selaras dengan tantangan modernitas, demikian jika mengingat pandangan Fazlur Rahman. Hingga terkesan tafsir yang merupakan salah satu metode dalam disiplin studi Al-Qur’an dianggap sudah final serta sempurna. Hingga wajar jika dikatakan kajian atasnya adalah hasil dari pembacaan yang dilakukan secara monoton berulang-ulang (al-qira’ah al-mutakrrirah), dan bukan menuju pada pembacaan yang kritis terhadap teks Al-Qur’an dan karya-karya yang terkait (al-qira’ah al-muntijah). Pemberlakuan yang sedemikian menjadikan semakin tumbuh-kembangnya asumsi negatif terhadap studi Al-Qur’an―terlebih terhadap tafsir, metode pemahaman Al-Qur’an―yang sejatinya tidak pernah mengenal henti apalagi final, sebab fungsinya adalah memberikan penjelasan tambahan makna ayat Al-Qur’an didasarkan pada realitas sosial yang senantiasa berkembang. Untuk itulah teori resepsi hadir di tengah perkembangan studi Al-Qur’an kontemporer guna memberikan alternatif lain untuk mencoba mengembangkan secara metodologis studi Al-Qur’an dalam bingkai dan perspektif yang lain.
Term jihad dan qital selalu berada dalam perdebatan yang terus menerus dan tidak kunjung usai, hal ini merupakan indikator yang menunjukkan bahwa jihad dan qital merupakan dua tema yang senantiasa memiliki daya tarik tersendiri yang sangat tinggi dan tidak habis untuk dikaji. Inilah kemudian yang menjadikan kedua tema teks Al-Qur’an tersebut jika dikaji dengan perspektif lain, akan memberikan kontribusi alternatif dari sebuah produk kajian. Sebab yang selama ini lebih cendrung berorientasi pada kajian teks, kini mencoba untuk bergeser pada kajian yang lebih melihat pada realitas pemaknaan dan pemahaman terhadap teks itu sendiri dalam ruang realitas kalangan masyarakat pengguna. Terkait konteks terorisme dan teks Al-Qur’an dalam tema kajian ini, menjadikan peneliti harus melihat langsung pada mereka yang diasumsikan sebagai tokoh dan atau aktor dari kelompok teroris itu sendiri.
Detail:
Judul: Ayat-Ayat Jihad dan Qital dalam Resepsi Hermeneutik Eks Narapidana Teroris
Penulis: Luqman Abdul Jabbar
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2023
Halaman: 366 hal
ISBN: 978-623-5448-41-1